Dewi Zahrana adalah gadis yang sukses dengan pendidikanya. Banyak prestasi yang telah
diraih olehnya. Ia lulus sarjana Arsitektur di Universitas Gajah Mada (UGM) dengan
predikat mahasiswa terbaik. Dua bulan setelah wisuda ia ditawarkan untuk menjadi asisten dosen di UGM dan akan direncanakan untuk kuliah S2 di
Belanda. Namun tawaran itu harus ia tolak karena mempertimbangkan kondisi orang
tuanya yang sudah tua yang tak bisa ia tinggalkan jauh. Karena
prestasi yang banyak diraihnya, akhirnya ia diterima sebagai dosen di fakultas
teknik Universitas Mangunkarsa, Semarang, Jawa Tengah.
Ia menulis banyak artikel
tentang arsitektur. Artikel yang ia tulis di jurnal ilmiah yang diterbitkan
oleh RMIT Mellbourne, Australia, mendapat apresiasi luar
biasa dari para Arsitektur dunia. Dan puncaknya ia diundang
ke Beijing untuk diberi penghargaan internasional oleh school of architecture, Tsinghua University. Di Asia
tenggara, ialah yang pertama kali meraihnya. Ia tak
hanya mengangkat martabat keluarganya tetapi juga bangsa dan negara.
Namun kedua orang tuanya
sudah kenyang dengan penghargaan yang diraihnya. Kini mereka sudah tak
membutuhkanya lagi. Yang mereka butuhkan adalah melihat Zahrana menikah dan
menimang cucu yang akan menemani mereka di masa tuanya.
Ketika kuliah S1 Zahrana
sempat ditawari Lina untuk menikah dengan Mas Andi yang kini menjadi suaminya,
namun Zahrana menolaknya, setelah menolak Mas Andi, Zahrana
kembali menolak Mas Gugun kaka temanya yang sudah sejak lama menyimpan perasaan
pada Zahrana.
Setahun setelah menjadi
dosen di Mangunkarsa, ia ditawari menikah oleh kedua orang tuanya
dengan seorang lurah yang berminat untuk melamarnya, namun ia tolak juga karena
bertepatan saat mendapatkan beasiswa dari Dikti untuk
kuliah S2 di ITB. Jika ia menikah, ia
khawatir kuliahnya terganggu.
Ia mulai memahami keinginan
orang tuanya untuk menikah yang sebenarnya ia pun menginginkannya, namun
Zahrana berfikir pemuda mana yang mau menikahinya diumurnya yang sudah mencapai
tiga puluh empat tahun. Namun Lina meyakinkanya dan berjanji untuk membantunya
menemukanya dengan jodohnya.
Pak Sukarman, Dekan di
Fakultas tempatnya bekerja ternyata sudah lama memperhatikanya dan jatuh cinta
padanya, ia bermaksud untuk melamarnya. Namun lamaran itu ia tolak
karena ia tak dapat menerima perilakunya yang tidak sesuai. Dikalangan kampus sudah
terkenal bahwa ia sering mencabuli mahasiswinya tetapi ia menganggapnya hanya candaan. Bahkan satpam ditempatnya bekerja itu pernah
memergokinya sedang bersama perempuan tidak jelas di sebuah
hotel, namun ia tidak diproses secara hukum karena ia membayar polisi dan semua
orang yang menggerebeknya.
Karena penolakanya kepada
Pak Sukarman ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanya. Namun
setelah kejadian itu ia sering mendapatkan teror-teror keji yang masuk lewat HP
nya. Tak lama kemudian ia diterima menjadi pengajar di STM Al-Fatah Mranggen.
Pada suatu malam ketika ia
membuka emailnya Zahrana menerima sebuah email yang judulnya “Sebuah Tawaran
jika Berkenan”. Ternyata itu adalah email dari Pak Didik yang isinya memintanya
untuk menjadi isteri keduanya. Ia gemetaran, tak tahu apa yang sedang
dirasakanya, matanya berkaca-kaca.ia merasakan betapa tak mudahnya
menjadi seorang gadis yang terlambat menikah dan betapa susahnya menjadi
wanita.
Esoknya ia nekat membawa
Lina untuk menemui Bu Nyai, barangkali Bu Nyai bisa memberikan solusi atas
masalah yang sedang dihadapinya. Zahrana hanya ingin menikah dengan lelaki yang
sholeh, tak peduli dengan statusnya, pekerjaanya, ataupun lulusan apa. Bu Nyai
menawarkan pada Zahrana seorang santri yang diandalkan Pak Kiyai. ia seorang
duda tak beranak karena istrinya meninggal dan dia adalah seorang pedagang
kerupuk, namanya Ramad. Bu Nyai bilang bahwa Zahrana boleh melihat dulu calon
suaminya, lelaki itu akan disuruh Bu Nyai untuk berdagang disekitar perumahan
Zahrana tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata penjual
kerupuk itu masih muda dan tampan, Zahrana setuju untuk menikah dengan lelaki
itu.
Upacara pernikahan Zahrana
esok akan di gelar, namun ternyata Allah berkehendak lain. Bukan upacara
pernikahan yang di gelar, melainkan upacara pemakaman calon suaminya. Di hari
yang sama ayahnya meninggal menyusul calon menantunya.
Zahrana sangat terpukul
dengan kejadian ini, ia pingsan beberapa kali dan harus dilarikan ke Rumah
Sakit. Dokter yang merawat Zahrana ternyata adalah ibu dari mahasiswanya yang
bernama Hasan, namanya Zulaikha. Hasan adalah mahasiswa yang ia bimbing
skripsinya bahkan setelah ia tak menjadi dosen di Mangunkarsa ia tetap selalu
meminta pendapat tentang skripsinya pada Bu Zahrana. Hasan pun sering mampir ke
rumah Zahrana untuk meminta referensi untuk skripsinya itu. Zahrana termasuk
orang yang di dengar pendapatnya oleh Hasan.
Pada suatu sore Bu Zulaikha
datang ke rumahnya bermaksud untuk menyampaikan lamaran Hasan kepadanya.
Zahrana kaget dan tak percaya. Namun Bu Zulaikha berusaha meyakinkan bahwa
Hasan benar-benar serius denganya dan ingin menikahinya.
Masih dalam rasa tak
percayanya Zahrana mengajukan syarat jika memang benar Hasan serius padanya.
Zahrana mengajukan syarat bahwa akad nikahnya hari itu juga bakda sholat
Tarawih. Syarat yang diajukannya itu bukan berarti ia meragukan keseriusan
Hasan, namun ia tak menginginkan hal-hal yang diluar kehendaknya sebagai
manusia terulang kembali. Hasan menyetujuinya. Malam itu juga mereka menikah
disaksikan jamaah solat Tarawih yang penuh dengan rasa haru.
Nilai-nilai yang
terkandung dalam novel Cinta Suci Zahrana
·
Kesabaran
·
Tawakal
·
Taat
beribadah
·
Rajin
belajar
·
Bekerja
keras
·
Rajin
menolong sesama
·
Belajar
mengendalikan diri
·
Penyesalan
No comments:
Post a Comment