Keterasingan
berasal dari kata terasing, dan kata itu adalah dari kata asing. Kata asing
berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehinga kata terasing berarti,
tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi
kata keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari
pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
Terasing
atau keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar ataulama orang
pernah mengalamai hidup dalam keterasingan, sudah tentu dengan sebab dan kadar
yang berbeda satu sama lain.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan itu ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan itu ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Perilaku
yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan itu selalu menimbulkan
keonaran dalam masyarakat, sifatnya bertentangan dengan atau menyentuh
nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini akan
merugikan harta, nama baik, martabat, harga diri orang lain. Karena itu orang
yang berbuat dibenci oleh masyarakat dan berada dalam keterasingan. Perbuatan
itu misalnya mencuri, mengganggu ister orang, menghina orang sombong.
Keterasingan
dalam hal ini dapat dipaksakan oleh anggota masyarakat, ataupun oleh institusi
yang diciptakan oleh masyarakat kepada si pelaku, maksudnya supaya si pelaku
ini tidak merugikan orang lain lagi atau membuat gelisah orang lain, dan si
pelaku dapat menjadi sadar, sehingga dapat memperbaiki perilakunya yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan itu. Kesadaran itu mungkin dapat
terjadi apabila orang itu terasing yang membuat ia gelisah.
Orang
yang bersifat sombong angkuh, besar kepala, tidak menghormati orang lai selalu
akan tersisih dari pergaulan masyarakat, karena perilaku semacam ini tidak
disenangi dan dibenci oleh masyarakat. Orang lain akan merasa tersentuh
nilai-nilai kemanusiaannya apabila bergaul dengan orang angkuh, sombong, dan
tidak menghormati orang lain. Karena itu ia dibensi orang lain, sehingga
membuat ia dalam keterasingan.
Kekurangan
yang ada pada diri seseorang dapat juga membuat keterasingan. Dalam hal ini
bukan masyarakat yang membuat orang itu terasing, melainkan dirinya sendiri
karena ketidak mampuan atau karena membuat kesalahan. Ketidak mampuan atau
kesalahan ini berpengaruh pada nama baik atau harga diri atau martabat orang
yang bersangkutan. Ketidak mampuan disi meliputi kekurangan ilmu pengetahuan
yang dimiliki ataupun ketidak mampun fisik. Kurang ilmu pengetahuan ini
disebabkan taraf pendidikannya yang belum sampai pada taraf tertentu yang
dihadapi sekarang. Dengan demikian orang yang bersangkutan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat ilmiah yang dihadapinya. Karena itu ia
merasa gelisah, terasing.
• Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Setiap orang pernag mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia, lama rasa sepi itu bergantung kepadamental orang dan kasus penyebabnya.
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Setiap orang pernag mengalami kesepian, karena kesepian bagian hidup manusia, lama rasa sepi itu bergantung kepadamental orang dan kasus penyebabnya.
• Sebab-sebab terjadinya kesepian:
Ada empat penyebab dasar dari kesepian. Penyebab pertama adalah transisi kehidupan. Transisi yang menyebabkan perubahan sehingga kita merasa kesepian. Menjadi tua kemudian ditinggalkan anak dapat menciptakan kesepian dalam hidup. Berganti pekerjaan, sakit keras, pensiun, dapat menimbulkan kesepian.
Ada empat penyebab dasar dari kesepian. Penyebab pertama adalah transisi kehidupan. Transisi yang menyebabkan perubahan sehingga kita merasa kesepian. Menjadi tua kemudian ditinggalkan anak dapat menciptakan kesepian dalam hidup. Berganti pekerjaan, sakit keras, pensiun, dapat menimbulkan kesepian.
Setiap pengalaman baru yang kita hadapi dapat
menimbulkan kesepian. Yang membuatnya lebih buruk, kita cenderung
mengisolasikan orang-orang yang sedang sekarat.
Penyebab kedua adalah keterpisahan. Ketika kita
diisolasi dalam pengertian terpisah dari teman-teman dekat, terpisah dari
keluarga anda (dikarenakan karier, praktek kuliah, wajib militer, atau alasan
lainnya) itu dapat menyebabkan kesepian. Apalagi mereka yang sulit
diakses oleh alat komunikasi apapun. Sungguh mereka akan bisa merasakan
kesepian. Keterpisahan lainnya adalah perceraian/putus hubungan. Ini juga
penyumbang besar masalah kesepian dalam masyarakat.
Penyebab ketiga adalah direndahkan/dipermalukan.
Dalam dunia pekerjaan, dunia pendidikan atau dalam relasi sosial dengan orang
lain, bila mendapatkan ucapan yang merendahkan atau dipermalukan di depan umum
akan menimbulkan rasa kesepian yang dalam. Kita merasa diserang dan kita merasa
sendirian karena tidak ada yang membela. Melewati pengalaman seperti ini
menimbulkan perasaan kesepian yang menyakitkan.
Godaan terbesar dari orang yang merasakan
kesepian dalam kondisi ini adalah menarik diri dan membangun tembok anda
sendiri. Tetapi, justru dengan melakukan hal ini hanya akan membuat orang ini
semakin kesepian.
Penyebab keempat dari kesepian adalah penolakan.
Kita merasa sakit hati, tidak dianggap, tidak berguna, tidak bisa
diandalkan, tidak dicintai dan lain sebagainya.
Perasaan ini bila tidak diatasi dengan baik,
akhirnya dapat disalah mengerti oleh diri kita sendiri dan membuat kita merasa
kesepian yang sangat. Itulah sebabnya orang yang merasakan kesepian karena
penolakan sulit untuk ditangani. Karena dia sendiri sudah men-stigma dan
men-diskriminasikan dirinya sendiri.
Kegelisahan yang pernah saya alami yaitu ketika saya menunggu hasil SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri). Mungkin bukan hanya saya yang mengalami kegelisahan tersebut,
namun semua siswa di seluruh indonesia mengalami hal yang
sama. Kegelisahan tersebut membuat saya menjadi paranoid (yaitu memikirkan hal
yang tidak-tidak), dan hal pendukungnya yaitu waktu yang sangat lama untuk
menunggu hasil dari kelulusan tersebut.
Harapan saya melanjutkan kuliah / mengikuti
studi lanjut S1 adalah mempersiapkan masa depan yang
lebih baik, lebih struggle menghadapi masa depan, membahagiakan orang tua, dan
mewujudkan cita-cita saya. Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut,berikut
ini yang harus dilakukan:
1.
Kerja keras
2.
Tidak takut
gagal
3.
Tidak takut
mencoba
4.
Jangan berhenti
belajar
5.
“Experience
is the best teacher”, Anda tidak
akan pernah tahu bagaimana hasilnya sebelum mencoba
6.
Jangan mengejar
“Kesuksesan”
7.
“You can if
you think you can”, Bukan
anda yang mengejar kesuksesan, namun kesuksesan yang akan mengejar anda
diiringi dengan usaha dan doa
8. God always
give what you need, not just what you want, be positive!Hirarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan
fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan
itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan
oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling
dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu
termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan
dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan
rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka
biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka
yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak
dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang
yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari
kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama,
kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan
sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia
dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya
penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja
menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan
lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua,
yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah
manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus
mencari makanan dan air lagi. Sementara
kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal
terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap
merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemeuhan terhadap kebutuhan
tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang,terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
Kebutuhan
Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang
Jika kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan
akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan
ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan
keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi
seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya
sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak
cinta. Ia akan memiliki
keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting
bagi dirinya. Ketika ada
orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur.
Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh
kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika
salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta
kesalahan-kesalahannya. Maslow
juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan
cinta yang menerima. Kita
harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan
meramalkannya. Jika tidak,
dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.
Kebutuhan
Akan Penghargaan
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi,
manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan
bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan,
yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah
adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status,
ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,
bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri
termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah
siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang
ditemukan Maslow.
Kebutuhan
Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah
aktualisasi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi
melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini
sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi
apa saja menurut kemampuannya. Awalnya
Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah
kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan
tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki
pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi
dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.
No comments:
Post a Comment